Darimana, Apa, dan Bagaimana Cinta Bekerja,
Serta Rahasia Tentang Cinta Sejati
Berdasarkan penelitian seorang psikolog, Jens Forster, dari University of Amsterdam yang berjudul Why Love Has Wings and Sex Has Not, maka dapat disimpulkan “cinta itu membuat kita cenderung berpikir lebih besar dan kreatif”.
Sebegitu hebatkah Cinta itu...?
Ya, selain itu cinta adalah komponen yang membuat dunia ini hidup, tanpa Cinta kita semua mungkin tidak pernah ada didunia ini.
Konon manusia pertama didunia, Adam dan Hawa saling mencintai satu sama lain sehingga bisa memunculkan keturunan hingga akhirnya kita bisa terlahir disini. Tentu karena Cinta orang tua kita jugalah akhirnya kita ada di dunia ini dan karena Cinta jugalah mereka mampu membesarkan kita sehingga kita juga bisa merasakan indahnya Cinta. Maka sudah sepantasnya juga kita untuk berterima kasih kepada sang pahlawan kita, Cinta. Dengan cara mensyukurinya, yakni berupa menebarkan Cinta itu ke dalam setiap perbuatan yang kita lakukan.
“Lantas sebenarnya ada apa sih dengan Cinta...?”
“Darimanakah Cinta Itu Berasal...?“.
Jika Anda menanyakan darimana Cinta itu berasal tentu bisa dijawab dengan jawaban “Cinta itu berasal dari takdir Tuhan. Jawaban tersebut memang benar tetapi tidak memuaskan. Secara ilmiah ini memang agak membingungkan, akan tetapi ilmu pengetahuan mengatakan, Cinta itu berasal dari mata dan turun ke hati.
Ya, memang begitulah adanya. Perasaan Cinta yang kita rasakan muncul karena di dalam tubuh diproduksi beberapa zat² tertentu yang membius otak dan efeknya bisa disamakan dengan efek Narkoba. Salah satu zat ini dinamakan Feromon.
Istilah Feromon berasal dari bahasa Yunani yaitu “Phero” yang artinya “pembawa” dan “Mone” “sensasi” (Feromon = pembawa sensasi). Senyawa Feromon sendiri didefinisikan sebagai suatu subtansi kimia yang berasal dari kelenjar Endokrin dan digunakan oleh mahluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi. Senyawa Feromon pada manusia terutama dihasilkan oleh kelenjar Endokrin pada ketiak, telinga, hidung, mulut, kulit, dan kemaluan. Feromon aktif apabila yang bersangkutan telah akil balig ( Dewasa ).
Feromon ini bisa mempengaruhi Hormon² dalam tubuh manusia ( terutama otak ). Contoh paling mudah adalah "bau badan". Jangan salah, lepas dari jenis bau badan menyengat hingga bikin orang lain menjauh, setiap manusia punya bau yang khas dan menjadi ciri dirinya. Oleh para ahli di-analogikan bahwa bau badan itu seperti "sidik jari”. Jadi, kita masing² punya bau yang unik dan sangat berbeda dengan yang lainnya. Dengan demikian Feromon yang dihasilkan manusia, di masa depan bisa jadi salah satu identitas diri ( KTP Kali ya...? ).
Sifat dari senyawa Feromon sendiri tidak kasat mata, mudah menguap, tidak dapat diukur, tetapi ada dan dapat dirasakan oleh manusia.Senyawa Feromon ini biasa dikeluarkan oleh tubuh saat sedang berkeringat dan dapat tertahan dalam pakaian yang kita gunakan.
Feromon pada manusia merupakan sinyal kimia yang berada di udara yang tidak bisa dideteksi melalui bau-bauan tapi hanya bisa dirasakan oleh Vomeronasalorgan ( VMO ) di dalam indra pencium. Sinyal Feromon ini diterima oleh VMO dan dijangkau oleh bagian otak bernama Hipotalamus. Di sinilah terjadi perubahan Hormon yang menghasilkan respons perilaku dan fisiologis. Menimbulkan rasa ketertarikan antara dua orang berlainan jenis dengan bekerja sebagai pemicu dalam reaksireaksi kimia. Ketika dua orang berdekatan dan bertatapan mata, maka Feromon akan tercium oleh organ tubuh manusia yang paling sensitif yaitu VMO, organ dalam lubang hidung yang mempunyai kepekaan ribuan kali lebih besar daripada indera penciuman. Dari sinilah terjadi apa yang dinamakan dengan Cinta.
Konon kemampuan tubuh untuk menghasilkan Feromon berkurang setelah dua sampai empat tahun. Apakah ini berarti Cinta itu hanya bersifat sementara...?
Penasarankan...?, baca saja sampai habis tulisan ini.
Apa Sih Cinta Itu...?
Ada banyak definisi tentang Cinta, ada yang bilang Cinta itu takdir, Cinta itu buta, Cinta itu indah, Cinta itu luapan emosi, Cinta itu kagum atau menyukai sesuatu, dan lain sebagainya. Pernyataan diatas tentang Cinta itu adalah benar, namun terlepas dari itu semua, ilmu pengetahuan mengatakan bahwa Cinta itu adalah proses biologis berupa reaksi kimia didalam tubuh kita.
Cinta dipengaruhi oleh pelepasan Hormon/Neurotransmitter. Hormon berasal dari bahasa Yunani “Horman” yang berarti “menggerakan”, atau dengan kata lain Hormon adalah pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel. Berbeda dengan Feromon yang dapat menyebar ke luar tubuh dan hanya dapat mempengaruhi dan dikenali oleh individu lain yang masih satu spesies, Hormon hanya dapat menyebar di dalam tubuh. Saat kita mencintai seseorang maka dilepaslah Hormon² yang membuat tubuh kita bereaksi, merasakan berbagai perasaan dan emosi.
Salah satu Hormon yang dikeluarkan oleh tubuh itu adalah Dopamin. Dopamin ini memiliki efek selayaknya Kokaine. Ketika Anda bertemu seseorang yang Anda sukai, Hormon Dopamine ini bekerja dan sifatnya Addictive. Artinya mereka yang menyukai pasangannya seakan-akan ketagihan untuk terus bertemu dengan orang yang disukainya itu.
Dalam proporsi yang tepat, Dopamin menciptakan energi Intens, kegembiraan, dan perhatian yang fokus, dan itulah sebabnya, ketika Anda baru jatuh Cinta, Anda dapat tetap terjaga sepanjang malam, mendaki gunung lebih cepat, dan anda mampu menekan batas kemampuan Anda. Cinta membuat Anda lebih berani menjalani risiko yang biasanya tidak Anda ambil, seperti bunuh diri.
Cinta Membuat Seseorang Menjadi Bahagia “Aku tak bisa hidup tanpamu, kamu adalah nafasku, aku tak bisa makan, tak bisa minum, tak bisa tidur, dll. semua itu karena mengingat kamu.
Mungkin kata² lebay dan alay diatas tak asing lagi kita dengar dari mulut seseorang yang tengah dimabuk asmara. Dalang dibalik keadaan tersebut adalah Hormon Fenylethilamin. Selain Hormon Fenylethilamin ada juga Hormon Adrenalin. Sebagian pengaruh dari Adrenalin ada yang mirip dengan Fenylethilamin, yaitu mempercepat nafas. Selebihnya ada lagi hubungannya dengan, "tak bisa makan, tak bisa minum..". Ketika Hormon ini bekerja, efek yang ditimbulkan dapat menghilangkan nafsu makan karena organ pencernaan jadi bekerja lebih lambat.
Selain Hormon Dopamine yang bekerja selayaknya Kokaine, ada juga Hormon yang bekerja selayaknya Morphine. Hormon ini bernama Endorpin. Endorpin dikatakan adalah Morfinnya tubuh karena memang sifatnya yang seperti Morfin. Hormon ini sebenarnya hanya akan muncul ketika kita merasakan sakit, kegembiraan, dan orgasme. Namun, ketika kita jatuh Cinta, Hormon ini juga bekerja, oleh karena itu orang yang jatuh Cinta merasa bahagia ( kadang² senyum² sendiri ). Uniknya ketika Anda memakan cokelat, Hormon endorpin ini juga akan dihasilkan. Itulah sebabnya ada baiknya apabila kita memberikan hadiah cokelat kepada pasangan kita.
Selain itu ada juga Vasopresin. Hormon ini memiliki peranan dalam kegiatan Sexual. Hormon ini dapat menekan sekresi air, berperan sebagai anti Diuretik yang dapat mengatur pengeluaran urin. Tanpa Hormon ini, Anda sudah pasti memerlukan bantuan pampers karena tidak bisa mengatur air kencing sendiri.
Dan yang terakhir adalah Oxytocine yang merupakan Hormon yang terkait dengan perasaan kepuasan. Ketika Anda memeluk atau membelai pasangan Anda, Hormon ini akan dihasilkan di Hipotalamus.
Cinta membuat seseorang menjadi gila, bagian otak yang bertugas sebagai pengontrol depresi dan analisis, sama sekali tidak bekerja, sebaliknya bagian otak pengontrol Intuisi, rasa "ser-seran" dan bagian otak yang bekerja merespon obat bekerja dengan aktif.
Kesimpulannya menurut psikiater dan asisten klinik psikiater di University of California San Francisco School of Medicine, Dr. Thomas Lewis, dalam bukunya yang bertajuk A General Theory of Love mengatakan, “jatuh Cinta memang bukan merupakan fungsi otak, jatuh Cinta itu lebih merupakan fungsi saraf“. Jadi tidak heran kenapa orang yang jatuh Cinta kerap melakukan hal² bodoh, karena mereka mungkin bekerja tanpa menggunakan otak.
Mengingat penelitian biologi saat ini, tampaknya bahwa ungkapan "jatuh Cinta membuat gila" bukan hanya metafora. Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa jatuh Cinta secara fisiologis mirip dengan penyakit mental. Misalnya saja gangguan seperti OCD (Obsessive Compulsive Disorder). Si penderita OCD biasanya mempunyai pikiran tertentu yang tak dapat di lenyapkannya ( Obsesi ) atau melakukan suatu tindakan berulang-kali tanpa kendali ( Kompulsi ). Hal ini berkaitan dengan ketidak seimbangan Serotonin, dan ketika dipelajari, peneliti menemukan bahwa seseorang yang jatuh Cinta memiliki kadar Serotonin 40% di bawah normal.
Adakah Yang Namanya Cinta Sejati Itu...?
Ya, tanpa diragukan lagi Cinta sejati itu memang ada, buktinya kita bisa melihat pasangan kakek-nenek yang tetap saling mencintai sampai ajal memisahkan mereka.
Bagiamanakah Cara Untuk Menciptakan Cinta Sejati...?
Sebelumnya kita harus mengerti dulu apa itu “Cinta sejati”. Ada banyak definisi Cinta sejati, jumlahnya tak terhitung saking banyaknya. Namun kita tak perlu bingung. Toh kebanyakan definisi itu merupakan hasil pemikiran subyektif dan tidak logis. Supaya tidak terjebak dalam kebingungan, lebih baik kita bersandar pada definisi Cinta sejati yang ilmiah, obyektif, dan logis.
Salah satu definisi yang ilmiah, obyektif dan logis itu dikemukakan oleh M Scott Peck dalam The Road Less Travelled. Ia mendefinisikan Cinta sebagai “kemauan untuk mengembangkan diri sendiri dengan maksud memelihara pertumbuhan spiritual diri sendiri atau perkembangan spiritual orang lain”.
Ungkapan “dengan maksud” pada definisi tersebut digaris bawahi karena tujuanlah yang terutama membedakan antara Cinta dan yang bukan Cinta. Dengan demikian, cemburu buta atau pun upaya mengekang sang kekasih ( walau dengan alasan demi menjaga keselamatannya ) bukanlah Cinta sejati.
Dalam pada itu, untuk memelihara perkembangan spiritual orang lain yang kita Cintai, kita perlu lebih dulu mengembangkan diri sendiri. Mengapa demikian...? M Scott Peck menerangkan :
“Bila kita menCintai seseorang, Cinta kita dapat dibuktikan atau diwujudkan hanya dengan cara pengerahan tenaga kita sendiri. Cinta bukan tanpa usaha. Sebaliknya, Cinta itu penuh dengan usaha”.
Nah, kembali ke bagian ilmu pengetahuannya.
Pasangan dalam hubungan jangka panjang dan bahagia berarti telah beralih dari kedaan dimabuk asmara akibat Dopamin ke induksi Oxytocin tenang. Oksitosin selain terkait dengan perasaan kepuasan sebagaimana dituliskan sebelumnya adalah Hormon Peptida yang mempromosikan rasa ikatan dan hubungan dan dilepaskan selama menyusui, pelukan, dan orgasme.
Pasangan yang berhasil dalam mencari cara untuk merangsang pelepasan Oksitosin dalam satu sama lain lebih cenderung senang untuk tetap selalu bersama. Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk merangsang pelepasan Oksitosin, dan dengan demikian tetap saling terhubung dan bahagia dengan pasangan.
Khusus untuk suami istri inilah rahasianya :
- Seringlah berpelukan
- Saling memandangi satu sama lain ketika anda sedang berbicaraatau sedang berduaan
- Melakukan petualangan bersama-sama, seperti mengunjungi tempat-tempat baru, naik roller coaster, berolahraga bersama, dll.
- Tertawa bersama.
- Saling memberi pijatan
- Setiap kali konflik terjadi, sebelum meningkat menjadi marah, Segeralah terhubung secara fisik dengan satu sama lain( berpegangan tangan, memeluk, dll, bernapas bersama-sama selama beberapa menit, kemudian bicara.
Demikianlah sedikit pengetahuan tentang Cinta. tulisan ini di simpulkan dari beberapa sumber.
Selamat menikmati indahnya Cinta.
Wassalam
Veno Andrean
Keren..........!
ReplyDelete